Sabtu, 03 Maret 2012

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Efek Samping Kontrasepsi Suntik DMPA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
               Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindarkan kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan dalam jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008). KB mempunyai peranan dalam menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan melalui pendewasan usia hamil, menjarangkan kehamilan atau membatasi kehamilan bila anak dianggap cukup. Setiap wanita berhak memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap metode KB yang mereka pilih efektif, aman, terjangkau dan juga metode-metode pengendalian kehamilan yang tidak bertentangan dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku (Pinem, 2009).
1
               Macam-macam metode kontrasepsi tersebut adalah intra uterine devices (IUD), implant, suntik, kondom, metode operatif untuk wanita (tubektomi), metode operatif untuk pria (vasektomi), dan kontrasepsi pil (Mansjoer, 2001). Semua metode kontrasepsi mempunyai efek samping (akibat pemakaian KB, bukan gejala suatu penyakit), yang harus diketahui oleh pemakai (akseptor) sebelum memakainya. Semua metode kontrasepsi mempunyai efek samping (akibat) pemakaian KB, bukan gejala suatu penyakit, yang harus diketahui oleh pemakai (akseptor) sebelum memakainya. Sebagian besar para pasangan usia subur di Indonesia menggunakan kontrasepsi suntik (Suzzane, 2009).
            World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa jumlah pengguna kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 4.000.000 orang. Di Amerika Serikat jumlah pengguna kontrasepsi suntik sebanyak 30%. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010 terdapat kecenderungan peningkatan jumlah pemakai kontrasepsi jenis injeksi dari 11,7% pada tahun 2008, pada tahun 2009 menjadi 15,2%, dan 21,1% pada tahun 2010, kemudian tahun 2011 meningkat menjadi 27,8%. Metode kotrasepsi jenis injeksi merupakan kontrasepsi yang paling banyak digunakan di Indonesia (Surbakti, 2003). Di Jakarta, para akseptor KB aktif sekitar 85,5% di mana diantaranya 40,69% pengguna kontrasepsi suntik di mana di antaranya pengguna kontrasepsi suntik sebanyak 30,23% Sedangkan di Propinsi Sumatara Utara pencapaian tersebut didapatkan penggunaan suntik 417.856 peserta atau sekitar (30,86%) (BKKBN, 2009).
               Kontrasepsi suntik yang lebih banyak dipilih adalah Depo Provera atau suntikan 3 bulan (Rifayani, 2004). Depo Provera merupakan suspensi cair yang mengandung kristal depot medroksiprogesteron asetat (DMPA). DMPA merupakan suatu progestin yang mekanisme kerjanya betujuan untuk menghambat sekresi hormon pemicu folikel (FSH) dan LH serta lonjakan LH. Masalah yang sering muncul saat penggunaan suntikan Depo Provera dimulai dari perdarahan yang tidak teratur dan tidak terprediksi serta bercak darah yang berlangsung selama tujuh hari atau lebih atau perdarahan hebat selama beberapa bulan penggunaan Depo Provera. (Varney, 2006)
Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan kaum ibu yaitu KB suntik. Ini di sebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah. Cara ini mulai di sukai masyarakat kita dan di perkirakan setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan. Namun demikian KB suntik juga mempunyai banyak efek samping, seperti amenorea (30%), spotting (35%) (bercak darah) dan menoragia, seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainnya dan dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala (<1-17%) (pusing), galaktorea (90%), perubahan berat badan (7-9%) (Hartanto dkk, 2005).
Mengingat metode kontrasepsi suntik merupakan salah satu cara KB yang efektif, terpilih dan banyak jumlah penggunanya, namun masih banyak juga didapatkan akseptor kontrasepasi suntik yang mengalami efek samping sehingga para akseptor mengalami kekhawatiran, kecemasan yang berlebihan, sehingga sebaiknya sebelum menggunakan kontrasepsi suntik satu bulan akseptor harus mengetahui dan memahami tentang efek samping yang ditimbulkannya sehingga tidak menimbulkan drop out bagi akseptor kontrasepsi suntik.
Berdasarkan hasil pra survey di Klinik Elvina Medan mengenai pengetahuan akseptor tentang efek samping Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA)  jumlah akseptor KB suntik dalam tahun pada bulan September 2010-Juli 2011 diperoleh dari 548 orang akseptor KB, terdapat 148 orang akseptor yang menggunakan Depo-provera (suntik 3 bulan), 400 orang akseptor yang menggunakan Cyclofem (suntik 1 bulan). Melalui wawancara yang dilakukan kepada 4 orang akseptor suntik 3 bulan mengenai efek samping kontrasepsi suntik 3 bulan, 1 orang mengatakan mengetahui tentang efek samping penggunaan kontrasepsi suntik yaitu berupa mual muntah, gangguan haid, sakit kepala yang hebat dan terkadang hingga menetap dan keputihan, 3 orang yang tidak mengetahui tentang efek samping penggunaan kontrasepsi 3 bulan. Mereka mengatakan sering mengalam berat badan berlebih, perdarahan yang teratur, pusing dan kadang-kadang mual dan muntah. Berdasarkan latar belakang di atas penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul Pengetahuan Akseptor Suntik Tentang Efek Samping Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA) di Klinik Elvina tahun 2011.
1.2       Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah Pengetahuan Akseptor Suntik Tentang Efek Samping Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA) di Klinik Elvina tahun 2011.
1.3       Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengetahuan Akseptor suntik tentang efek samping Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA) di Klinik Elvina tahun 2011.
1.3.2    Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui pengetahuan akseptor suntik tentang gangguan haid sebagai efek samping dari Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA).
2.      Untuk mengetahui pengetahuan akseptor suntik tentang perubahan berat badan sebagai efek samping dari Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA).
3.      Untuk mengetahui pengetahuan akseptor suntik tentang sakit kepala sebagai efek samping dari Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA).
4.      Untuk mengetahui pengetahuan akseptor suntik tentang keputihan sebagai efek samping dari Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA).
1.4       Manfaat Penelitian
1.      Bagi akseptor
Sebagai informasi data bagi akseptor suntik 3 bulan tentang efeks samping yang ditimbulkan saat memakai kontrasepsi tersebut sehingga akseptor dalam melakukan penanganan ketika menghadapi efek samping tersebut.
2.      Bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan dalam mengetahui efek samping dalam penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dan menambah wawasan, serta pengalaman penulis untuk mengaplikasikan pendidikan yang telah di dapat selama mengikuti pembelajaran mengenai KB suntik 3 (tiga) bulan.
3.      Bagi Institusi
Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dalam bidang KB dan referensi bagi peneliti berikutnya.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1  Pengetahuan
2.1.1  Defenisi Pengetahuan
           Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yaitu dengan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalaui mata dan telinga (Notoadmojo, 2007).
           Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi terjadi proses yang berurutan, yakni :
a.       Awareness ( kesadaran ), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b.      Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c.       Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d.     
6
Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e.       Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
           Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap – tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaiknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan  dan kesadaran akan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan
           Menurut Notoadmojo, 2003 pengetahuan dicakup domain kognitif terdiri atas 6 tingkatan:
1.      Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah meningkat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yang menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
2.      Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginteprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadp objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3.      Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).
4.      Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bahan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5.      Sintetis (Synthesis)
Sintesis yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata alin sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6.      Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau menilai terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu cerita yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.2       Keluarga Berencana
            Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun dkk, 2008).
            Untuk mencapai tujuan program KB, maka penggarapan program keluarga berencana di arahkan 2 bentuk sasaran yaitu, sasaran langsung yaitu pasangan usia subur (PUS) agar mereka menjadi peserta KB lestari sehingga memberikan efek langsung pada penurunan fertilitas sedangkan sasaran tidak langsung yaitu, organisasi-organisasi dan lembaga kemasyarakatan, instansi pemerintahan maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (wanita dan pemuda) yang di harapkan dapat memberikan dukungan terhadap proses pembentukan sistem nilai di kalangan masyarakat yang dapat mendukung usaha pelembagaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (Sibagariang dkk, 2010).





2.4       Jenis Kontrasepsi
            Adapun jenis-jenis alat kontrasepsi menurut Saiffudin (2006) adalah sebagai berikut :
1.        Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya.
2.        Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Terdiri dari Metode Lendir Serviks atau dikenal sebagai Metode Ovulasi Billings(MOB), Sistem Kalender atau Pantang Berkala, dan Metode Suhu Basal.
3.        Senggama Terputus
Adalah metode kontrasepsi tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.
4.        Kondom
Merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantara lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual.
5.        Diafragma
Adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks

.
6.        Spermisida (Krim, Foam, Suposituria Vagina)
Adalah alat kontrasepsi yang mengandung zat kimia yang dapat membunuh sperma dan membuat sperma menjadi tidak aktif sehingga tidak mampu membuahi sel telur.
7.    Kontrasepsi Pil
Adalah jenis kontrasepsi hormonal yang mengandung hormone estrogen dan progesterone buatan, yang cara kerjanya menyerupai hormone alami yang diproduksi oleh tubuh setiap bulan. Estrogen akan mencegah produksi sel telur dari ovarium.
8.    Kontrasepsi Suntik
Adalah alat kontrasepsi yang sama seperti pil. Kontrasepsi ini menyebabkan lendir serviks mengental sehingga menghentikan daya tembus sperma, mengubah endometrium menjadi tidak cocok untuk implantasi, mengurangi fungsi tuba fallopi.Namun fungsi utamanya adalah menekan ovulasi.
9.    Implant
Adalah alat kontrasepsi yang diinsersikan tepat dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau bawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk kipas.
10.  IUD
Adalah alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa digunakan untuk jangka waktu 10 tahun yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus.

11.  Tubektomi (Sterilisasi Wanita)
Alat kontrasepsi yang dilakukan dengan cara eksisi atau menghambat tuba fallopi yang membawa ovum dari ovarium ke uterus dengan cara melakukan pemotongan atau pengikatan dengan teknik yang disebut kauter, atau dengan pemasangan klep atau cincin silastik. Kontrasepsi ini merupakan satu-satunya kontrasepsi wanita yang bersifat permanen.
12.  Vasektomi (Sterilisasi Pria)
Adalah pemotongan atau penyumbatan vas deferens untuk mencegah lewatnya sperma.
2.4       Kontrasepsi Suntikan
          Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan sepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan sepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan sel telur dengan sel sperma (Suratun dkk,2008)                
          Suntikan Progestin pertama ditemukan pada awal tahun 1950-an, yang pada mulanya digunakan untuk pengobatan endometriosis dan kanker endometrium (carcinoma endometri).Baru pada awal tahun 1960 uji klinis penggunaan suntikan progestin untuk keperluan kontrasepsi dilakukan. Ada beberapa preparat progestin yang pernah dicoba sebagai bahan kontrasepsi, tetap pada saat ini hanya ada dua jenis suntikan progestin yang banyak dipakai, yakni Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA) dan Noretisterone enantat (NET-EN) DMPA telah beredar di lebih dari 90 negara, meskipun FDA (Food and Drug Administration, semacam POM nya di Amerika Serikat), baru menerimanya pada awal tahun 1990an dan Noristeron Enantatpada saat ini telah digunakan disekurang-kurangnya di 40 negara. Meskipun kontroversi tentang keamanan penggunaan DMPA pernah merebak di awal tahun 1980an, tetapi sampai sekarang tidak terdapat bukti bahwa DMPA mempunyai resiko efek samping yang lebih besar dibandingkan kontrasepsi hormonal lainnya.Yang jelas, dengan tidak terdapatnya estrogen pada jenis kontrasepsi ini efek samping yang biasanya muncul karena pengaruh estrogen tidak ada (Siswosudarmo dkk, 2007).
          Saat ini ada dua bentuk kontrasepsi suntikan progestin. Kedua bentuk kontrasepsi ini memiliki kandungan zat kimiawi yang berbeda. DMPA (Depo Medroxy Progesterone Asetat) atau Depo provera, merupakan suspensi cairan yang mengandung kristal-kristal mikro Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA), DMPA merupakan turunan progesterone. Dosis yang diberikan mendapatkan manfaat kontrasepsi ini ialah 150 mg/mL, yang disuntikan secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu.DMPA merupakan suatu progestin yang mekanisme kerjanya bertujuan menghambat sekresi hormon pemicu folikel (FSH) dan LH serta lonjakan LH. Suntikan DMPA akan efektif selama 14 minggu, dengan 2 minggu periode kelonggaran bila suntikan berikutnya tidak dapat diberikan tepat 12 minggu (3 bulan)kemudian. Depo provera merupakan salah satu kontrasepsi yang sangat efektif.DMPA merupakan alternative yang baik bagi wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang yang sangat efektif dan memiliki masalah kesehatan yang merupakan kontra indikasi penggunaan metode kontrasepsi apapun yang mengandung estrogen (Varney, dkk 2007).
                        Mekanisme kerja kontrasepsi suntikan Depo Provera Medroxy Progesterone (DMPA), dosis yang lazim dipakai adalah 150 mg diberi secara suntikan intra muscular setiap 3 bulan. Setelah suntikan pertama kadar DMPA dalam darah mencapai puncak setelah 10 hari. Setelah itu kadar dalam darah perlahan-perlahan menurun, dan masih dapat terdeteksi setelah 200 hari. Dengan demikian, DMPA dapat memberikan perlindungan yang aman selama 3 bulan bahkan beberapa minggu sesudahnya.Cara kerja DMPA terutama menekan ovulasi, di samping mengentalkan lender serviks, menganggu motilitas tuba dan mempengaruhi perubahan endometrium. Endometrium menjadi tipis, atropik dengan kelenjar yang inaktif (Siswosudarmo, dkk 2007).
            Cara menggunakan kontrasepsi Depo Provera (DMPA), harus diberikan dalam lima hari pertama masa menstruasi dan tidak dibutuhkan kontrasepsi tambahan. Setelah itu semua suntikan harus diberikan setiap 12 minggu.Depo Provera (DMPA) dapat diberikan melalui suntikan intra muscular (Everett, 2008).
2.5     Efek Samping
1.             Gangguan Haid
Keluhan terbanyak para pemakai KB suntik adalah gangguan perdarahan.Hampir 40% kasus mengeluh ganguan haid sampai akhir tahun pertama suntikan DMPA. Perdarahan bercak merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian, tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami pendarahan makin banyak dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2007).
Terdapat beberapa istilah gangguan Haid, Amenorea adalah tidak datangnya haid selama akseptor mengikuti suntikan KB selama 3 bulan berturut-turut atau lebih. Spooting adalah bercak-bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB suntik.Metrorhagie adalah perdarahan yang berlebihan di luar siklus haid. Menometorhagie adalah datangnya haid yang berlebihan jumlahnya tetapi masih dalam siklus haid, semua keluhan ini dapat terjadi selama menjadi akseptor suntik KB (Suratun, 2008)
Gangguan pola haid amenorrea disebabkan karena terjadinya atrofi endometrium yaitu kadar estrogen turun dan progesteron meningkat sehingga tidak menimbulkan efek yang berlekuk – lekuk di endometrium (Wiknjosastro, 2005), gangguan pola haid spotting disebabkan karena menurunnya hormon estrogen dan kelainan atau terjadinya gangguan hormon (Hartanto, 2005), gangguan pola haid metroraghia disebabkan oleh kadar hormon estrogen dan progesteron yang tidak sesuai dengan kondisi dinding uterus (endometrium) untuk mengatur volume darah menstruasi dan dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau kelainan fungsional, gangguan pola haid menorragia disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron sehingga menimbulkan endometrium menghasilkan volume yang lebih banyak (Suratun, 2008).
Penatalaksanaan untuk amenorea, yakinkan ibu bahwa hal itu adalah bisa, bukan merupakan efek samping yang serius, evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi amenorea setelah masa siklus haid yang teratur. Jika tidak ditemui masalah, jangan berupaya untuk merangsang pendarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi (Handayani, 2010).
Perdarahan ringan atau spooting, sering terjadi dan tidak berbahaya.Bila spooting terus berlanjut, atau haid telah berhenti tetapi kemudian terjadi perdarahan, maka perlu di cari penyebab perdarahan tersebut kemudian di lakukan penanganan yang tepat. Bila penyebab perdarahan tidak diketahui dengan jelas, Tanya klien apakah masing ingin melanjutkan suntikan. Bila tidak ganti dengan jenis kontrasepsi lain. Bila perdarahan banyak atau lebih dari 8 hari, atau 2 kali lebih banyak dari perdarahan dalam siklus haid yang normal, jelaskan kepada klien bahwa haid yang normal, jelaskan kepada klien bahwa hal itu biasa terjadi pada bulan pertama suntikan. Bila klien tidak dapat menerima keadaan tersebut, atau perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien, suntikan dihentikan. Ganti metode kontrasepsi lain. Untuk mencegah anemia pada klien, perlu di berikan preparat besi dan anjurkan agar mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi (Pinem, 2009).
2.    Perubahan Berat badan
Berat badan bertambah atau turun beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah pemakaian suntikan KB (Suratun, 2008). Perubahan BB kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak banyak yang bertumpuk di bawah kulit dan bukan merupakan karena retensi (penimbunan) cairan tubuh, selain itu juga DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang dapat menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah (Hanafi, 2005).
               Efek samping utama yang lain bagi beberapa waktu ialah kenaikan berat badan. Bukti kenaikan berat badan selama penggunaan DMPA masih perdebatan. Sebuah penelitian melaporkan kenaikan berat badan lebih dari 2,3 kg pada tahun pertama dan selanjutnya meningkat secara bertahap sehingga mencapai 7,5 kg selama 6 tahun. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada masalah berkaitan dengan berat badan. Seorang wanita yang mulai menggunakan Depo Provera harus mendapat saran tentang kemungkinan peningkatan berat badan dan mendapat konseling tentang penatalaksanaan berat badan sesuai dengan gaya hidup sehat (Varney, 2006).
Penanggulanganya, jelaskan kepada akseptor bahwa kenaikan penurunan BB adalah efek samping dari pemakaian suntikan, akan tetapi tidak selalu perubahan berat tersebut diakibatkan dari pemakaian suntikan KB. Kenaikan dapat disebabkan oleh hal-hal lain, namun dapat pula terjadi penurunan BB. Hal ini pun tidaklah selalu disebabkan oleh suntikan KB dan perlu diteliti lebih seksama.Pengaturan diet merupakan pilihan yang utama.Dianjurkan untuk melaksanakan diet rendah kalori disertai olahraga seperti olah raga yang teratur dan sebagainya. Bila terlalu kurus dianjurkan untuk diet tinggi kalori, bila tidak berhasil, dianjurkan untuk ganti cara ke kontrasepsi non hormonal (Suratun, 2008).


3.        Pusing dan Sakit Kepala
Rasa berputar/sakit di kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi atau kedua sisi atau seluruh bagian kepala biasanya bersifat sementara.pusing dan sakit kepala disebabkan karena reaksi tubuh terhadap progestreon sehingga hormon estrogen fluktuatif (mengalami penekanan) dan progesteron dapat mengikat air sehingga sel – sel di dalam tubuh mengalami perubahan sehingga terjadi penekanan pada syaraf otak (Suratun, 2008).
               Hingga saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa dengan pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan akan menyebabkan perasaan sakit kepala atau pusing yang menetap. Penelitian yang dilakukan oleh Chrad (2005) menyebutkan bahwa sakit kepala yang dirasakan oleh pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan kemungkinan disebabkan oleh penyakit bawaan yang pernah akseptor derita seperti migrain. Seorang wanita yang mulai menggunakan Depo Provera harus mendapat saran tentang kemungkinan sakit kepala (Varney, 2007).
            Penanggulanganya, jelaskan secara jujur kepada calon akseptor bahwa kemungkinan tersebut mungkin ada, tetapi jarang terjadi. Biasanya bersifat sementara. Pemberian anti prostaglandin atau obat mengurangi keluhan misalnya asetol 500mg 3x1 tablet/hari atau paracetamol 500mg 3x1. Bila tidak ada perubahan ganti dengan cara kontrasepsi non hormonal (Suratun, 2008). Penanganan lain yang dapat dilakukan yaitu melakukan penilaian  berupa periksa tekanan darah, bila perlu lakukan pemeriksaan neurologis yang lengkap, anamnese meliputi pertanyaan tentang berat ringannya sakit kepala, lamanya stress, lokasi sakitnya, hubungan dari sakit kepala dengan minum pil oral, adakah riwayat keluarga dengan migrain. Dan bila sakit kepalanya jelas disebabkan oleh kontrasepsi suntik 3 bualn, hentikan kontrasepsi suntik 3 bulan/ganti preparer lain yang aktifitasnya estrogen dan progesteron lebih rendah, sakit kepala pada akseptor kontrasepsi suntik harus ditanggapi dengan serius karena dapat merupakan tanda bahaya utama yang mendahului CFA.
4.    Keputihan
Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang senggama dan terasa mengganggu. Ini jarang terjadi pada peserta suntik, tidak berbahaya kecuali bila berbau, panas, atau terasa gatal sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lengkap untuk mengetahui adanya infeksi, jamur, atau candida. Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur atau juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil.
Gejala keputihan antara lain keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang-kadang berbusa. Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada wanita tertentu. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi, atau alat kelamin luar.
Penanggulanganya, jelaskan bahwa peserta suntik jarang terjadi keputihan. Apabila hal ini terjadi juga harus di cari penyebabnya dan diberikan pengobatannya. Konseliang sebaiknya dilakukan sebelum peserta ikut KB suntik. Anjurkan untuk menjaga kebersihan alat genetalia dan pakaian dalam agar tetap bersih dan kering. Bila keputihan sangat menganggu sebaiknya di rujuk untuk mendapatkan pengobatan yang tepat (Suratun, 2008)
2.6     Variabel Penelitian
          Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini adalah seperti terlihat pada bagan dibawah :
Pengetahuan Akspetor Suntik tentang Efek Samping
 Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA)

1.      Gangguan Haid
2.      Perubahan Berat Badan
3.      Pusing dan Sakit kepala
4.      Keputihan
 



           







BAB III
METODE PENELITIAN
3.1       Jenis Penelitian
            Penelitian ini bersifat deskritif, yaitu dengan  menggunakan data primer yang di kumpulkan melalui kuisioner untuk memperoleh gambaran pengetahuan akseptor suntik tentang Efek Samping Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA) di Kinik Elvina Medan Tahun 2011.
3.2       Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1   Lokasi Penelitian
            Penelitian ini dilakukan di Klinik Elvina Jln. Setia Budi Gg Cendana No 11 Tanjung Sari Medan karena di Klinik Elvina banyak ibu yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan dan hampir keseluruhan akseptor mengalami efek samping berupa gangguan haid, penambahan berat badan, keputihan dan sakit kepala.
3.2.2    Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2010 - Juli 2011
3.3       Populasi dan Sampel
3.3.1    Populasi
            Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor suntik Depo Medroxy Progesterone Asetat yang ada di Klinik Elvina yaitu 148 orang.
3.3.2    Sampel
21
            Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel penelitian ini diambil dengan cara simple random sampling, menurut Arikunto (2006) jika jumlah populasi lebih dari 100 dapat diambi 20% dari jumlah populasi, maka sampel di ambil dengan menggunakan rumus sederhana n = 20% x N dimana,  n = Jumlah Sampel
              N = Jumlah Populasi (148 orang)
Maka,    n = 20% x 148 orang
              n = 30 orang
maka jumlah sampel yang di ambil sebanyak 30 orang.
3.4       Metode Pengumpulan Data
  Data yang dikumpul adalah dengan menggunakan data primer dengan pengisian kuesioner. Dimana jenis kuesioner yang digunakan adalah bersifat tertutup. Pertanyaan yang disusun di dalam kuesioner bertujuan untuk mengkaji pengetahuan akseptor suntik tentang efek samping Depo Medroxy Progesterone Asetat Di Klinik Elvina Medan Tahun 2011.
3.5       Definisi Operasional
3.5.1    Pengetahuan akseptor suntik
            Adalah segala sesuatu yang diketahuai responden mengenai efek samping penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi gangguan haid, perubahan berat badan, sakit kepala dan keputihan.
3.5.2    Gangguan Haid
            Adalah suatu keadaan abnormal yang terjadi pada siklus menstruasi saat penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi amenorea, spotting, metroragia, menorraghia.

3.5.3    Perubahan Berat Badan
            Suatu perubahan yang terjadi pada berat tubuh sebagai akibat penggunaan kontrasepsi.
3.5.4    Sakit Kepala
            Rasa berputar pada daerah kepala yang dapat terjadi pada satu sisi atau kedua sisi atau seluruh bagian kepala yang biasanya bersifat sementara.
3.6       Aspek pengukuran
3.6.1   Pengetahuan
             Untuk menentukan pengetahuan akseptor suntik tentang efek samping Depo Medroksi Progesteron DMPA diajukan 20 pertanyaan. Untuk memberikan nilai pada pengetahuan maka digunakan dua alternatif yaitu Benar dan Salah. Untuk jawaban Benar diberi skor 1 dan jawaban Salah diberi skor 0 sehingga total skor tertinggi 20 dan skor terendah 0. Rumus untuk menentukan kategori baik, cukup, kurang dikutip dari rumus Arikunto (2006) yaitu
1. Baik        : Apabila pertanyaan dijawab dengan benar 76-100% yaitu responden 
                    dapat menjawab pertanyaan 16-20 soal.
2. Cukup    : Apabila pertanyaan dijawab dengan benar 51-75% yaitu responden
                    menjawab pertanyaan 10-15 soal
3. Kurang   : Apabila pertanyaan dijawab dengan benar < 50% yaitu responden
                    menjawab pertanyaan < 10 soal
            Untuk menentukan pengetahuan ibu tentang efek samping per item diajukan 5 pertanyaan. Untuk memberikan nilai pada pengetahuan maka digunakan dua alternatif yaitu Benar dan Salah. Untuk jawaban Benar diberi skor 1 dan jawaban Salah diberi skor 0 sehingga total skor tertinggi 5 dan skor terendah 0. Rumus untuk menentukan kategori baik, cukup, kurang dikutip dari rumus Arikunto (2006) yaitu
1. Baik        : Apabila pertanyaan dijawab dengan benar 76-100% yaitu responden 
                    dapat menjawab pertanyaan 4-5 soal.
2. Cukup    : Apabila pertanyaan dijawab dengan benar 51-75% yaitu responden
                    menjawab pertanyaan 2-3 soal
3. Kurang   : Apabila pertanyaan dijawab dengan benar < 50% yaitu responden
                    menjawab pertanyaan < 2 soal
3.7     Pengolahan Data
           Data yang telah dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Editing adalah untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2.      Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali lokasi dan arti suatu dari suatu variabel.
3.      Tabulating adalah mengelompokkan data tersebut kedalam suatu table tertentu menurut sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

  3.8     Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara deskriptif dengan melihat presentase data yang terkumpul dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi kemudian dicari besarnya presentasenya jawaban masing-masing responden dan selanjutnya dilakukan pembahasan dengan menggunakan teori kepustakaan yang ada.
 
















Tidak ada komentar: